Engkau datang dari kepungan bukit-bukit menuju sebuah bangsa yang ditangkap ragu., apakah sebuah mitos atau logos., semu bayanganmu memanjang., menutupi semua jejak dibelakangmu.. membentuk beberapa potongan sejarah., sebuah sejarah yang dijarah..

Dan., orang-orang nantinya akan berteriak hanya ketika namamu disebut sebagai manusia..

Sebelum itu semua., engkau lamur., Tuanku.. samar., yaa.. sangat samar seperti sebuah foto yang difotokopi.. dan angin dari timur juga tak menceritakan apa-apa., hanya asin dan amisnya darah yang engkau tumpahkan., untuk sebuah negeri yang kau anggap ngilu.. buku harian tentang dirimu juga hampa., hanya cerita sebagai manusia., cerita tentang seorang ayah dan pemimpin yang lugu..

1815
Darimanakah kita akan memulai tentang dirimu., Tuanku..!?
Tempat engkau menyerpih bersama dengan Harimau Nan Salapan., Koto Tuo hanyalah tempat singgah., menghirup udara Cangkiang yang begitu penuh gairah.. menempa diri dengan ayat-ayat dan mencari kebenaran didalamnya.. Lantas., engkaupun pergi kedalam dinginnya Alahanpanjang., memanaskan sebuah pengertian yang engkau bawa dari gurumu..

Engkau mendirikan pagar dengan hati., membangun masjid dengan jantung.. dan debarannya seperti menyeruak keseluruh negeri., Alahan panjang adalah sebuah denyutan..

1821
Bukankah catatan itu dimulai dari sini., Tuanku..!?
Hanyalah musim yang mungkin bisa bicara tentang kenangan., dan ia pun menghampirimu.. dari sebuah dusun yang terjepit., ada triwarna dari binar bola-matamu., ketika dusun Simawang meluruh dalam senja..

1833
Engkaupun berangkat., Tuanku.. tatkala api tak lagi padam oleh semburan air,. ketika angin masih riuh menghentak dan mengaburkan tanda-tanda.. Engkau berangkat ke ranah yang tak bisa dimasuki apapun., sepetak tanah yang memang tidak akan diberikan pada siapapun..

Dan engkau tidak mendendam kan., Tuanku..!?
Meskipun pada sekumpulan orang yang memintamu dengan (sangat) takzim untuk keluar dari rumah., (rumah yang tiangnya Tuanku pancang dengan air mata dan peluh)., dari sebuah perkampungan yang Tuanku bangun dari jaringan arteri yang pecah., dan khianat berada di antaranya..

Engkau marah mungkin iya.. iya kan., Tuanku..!?
Bahwa hatimu tetap takkan rela., kafir-kafir itu akan menyentuh surgamu., apalagi melantakkanya hingga renggas.. tapi itulah Tuanku., nasib telah melingkarimu.. Garis panjang Khatulistiwa lambang Tropic Equator telah menyeretmu dalam kancah sejarah., dimana takdir berujung dengan kata menyerah.. Adakah keraguan pernah terpancang dalam hati., Tuanku..!?

1837
Yaa., memang sungguh lirih desauan angin itu., Tuanku..
Derap kaki kuda tak lagi berpacu padu dengan matahari.. tapi., mengapa harus ke timur..!? Bahwa disana takkan pernah Tuanku bau’i lagi aroma kopi Dama Laweh., aroma pala Alahan Mati., dan harumnya cengkeh Aia Abu..

Siapakah sebenarnya yang Tuanku lindungi dan rahasiakan..!? Tambusai..? Nan Renceh..? Mensiangan..? atau., karena Tuanku tidak terlahir dari perut negeri ini..?

1981
Bacalah., Tuanku.. bahwa semua orang-orang terbakar hanya karena ingin mendewakan dirimu., mereka selalu menyeruduk-nyeruduk karena sebuah ingatan yang melintas., sebuah memori yang tandas.. saat engkau pergi pada sebuah negeri yang dipenuhi bambu., yang kesiuran daunnya penuh dengan kisah.. dan engkapun menjadi Imam., yang memimpin lima ribuan pasukan., menaklukkan orang-orang dari negeri berbulu merah., yang membuatmu resah..

Namun., mereka tidak pernah tahu., akan hatimu yang gundah.. tatkala Tuanku Kekar rebah tertembus panah., tatkala Tuanku gahar bermandi darah dari senapan-senapan panjang terarah., tatkala Tuanku bijak terkapar karena dihantam moncong howitzer.. ketika.. yaa kan., Tuanku..? Mereka tidak kan pernah tahu., bahwa hatimu buncah saat memeluk., mencium., membelai dan menidurkan Kesayanganmu..

Dan., sekarang.. Kami benar-benar kehilangan suluh., suluh yang selalu Tuanku gunakan untuk membakar dan memberangus kebodohan., dan kami juga kehilangan tungku., tungku yang selalu Tuanku gunakan untuk menghangatkan kecerdasan..

Begitulah., Tuanku.. kami telah meremas-remas kamus., menyigi berulang-ulang ensiklopedi.. kami menawar gejala dan tanda-tanda., melipat-lipat iklim dan musim., namun tak jua kami temukan..

Disembunyikan dimana., Tuanku..!?

Apakah karena sebuah sejarah hanya selalu memihak pada kaum yang bisa mengatur sejarah itu sendiri..!?

By rajomangkuto

Anak Rantau yang mencintai Seni dan Pengembaraan.. Blog ini adalah berisikan Catatan Pengembaraan., Quotes dan Literatur., serta Studi Ilmu yang menarik..