357 tahun silam., 30 Agustus 1666 hingga 30 September 1666.. Kota Pariaman takluk ke tangan pasukan Kapitan Jonker dan Arung Palakka..

Pasukan Jonker dikenal hanya bercelana pendek., bersenjata parang besar., seperti sering terlihat dipakai Kapitan Pattimura dalam buku sejarah anak-anak sekolah., pelindung badan berupa perisai..

Berhubungan atau tidak., pasukan infanteri paling ditakuti Napoleon Bonaparte ketika meluluh-lantak Eropa 150 tahun kemudian., juga bercelana pendek..

Perang berdarah antara VOC Belanda menghadapi orang Pariaman sudah berlangsung empat bulan..

Dari 200 orang perwira dan serdadu ekspedisi VOC yang menyerbu Pariaman pada April 1666., hanya 70 orang yang kembali ke Batavia dalam keadaan hidup dan luka.. 130 orang tewas., baik dalam area peperangan atau luka yang tak sembuh..

Lima tahun lantang-lantang sebagai budak VOC di Batavia., membuat hubungan Ahmad Sangaji dari Pulau Seram (Barat) dan Arung Palakka dari Soppeng (Bone)., berubah menjadi persahabatan.. Putaran abad lebih memilih nama Kapitan Jonker., ketimbang Ahmad Sangaji..

Sangaji menerima panggilan Kapitan Jonker bukan dari sertifikat kepangkatan yang dikeluarkan VOC.. Kapitan adalah panggilan dari pengikut Sangaji yang mayoritas Kristen.. Jonker adalah sebutan Belanda terhadap anak muda Muslim asal pulau penuh rempah itu..

Perang Jonker – Palakka di Kota Pariaman tercatat sebagai metode penggunaan pasukan Boemi Poetra pertama bagi VOC dalam penaklukan Sumatera.. Area kekuasaan yang semakin meluas membuat konglomerat penguasa VOC kian bernafsu merekrut suku-suku laut., pulau dan pesisir Nusantara lain..

Bertahun saya menelusuri sosok bernama Kapitan Jonker ini.. Jauh melebihi rasa haus atas sosok Arung Palakka.. Duet Jonker Sangaji dan Arung Palakka inilah yang menjatuhkan mentalitas pasukan terlatih Kota Pariaman.. Pasukan bayaran VOC asal Eropa berhasil dikalahkan sekali tekuk.. Gabungan strategi perang kota dan perang gerilya yang digunakan tentara Pariaman memicu kengerian serdadu-serdadu Eropa..

150 tahun sebelum Jonker – Palakka berperang di Kota Tabuik itu., Tome Pires sudah mencatat kedudukan strategis Pariaman.. Tahun 1513., Pires menyebut Pariaman – Tiku – Barus sebagai segitiga emas pantai barat Sumatera.. Persentuhan yang terus-menerus orang Pariaman dengan orang-orang berkulit putih yang turun dari kapal-kapal layar sudah berlangsung lama..

Sebagai kota pelabuhan., Pariaman dipimpin seorang Kepala Syahbandar yang dipilih pedagang secara Egaliter.. Pasukan yang mempertahankan benteng dan gerbang kota., juga terdiri dari beragam suku bangsa dan negara..

Kesulitan VOC menundukan Kota Pariaman patut ditelisik..

Saudagar-saudagar Kota Pariaman punya dana melimpah guna membeli senjata dari Kekhalifahan Utsmaniah.. Tentu dengan cara merekrut., melatih., sampai menggaji pasukan..

Kota Pariaman punya benteng alam., berupa pulau-pulau kecil yang dekat dengan pantai.. Keberadaan Pulau Kasiak., Pulau Tangah., dan Pulau Angso Duo itu., mampu menjadi mata dan telinga Kepala Syahbandar..

Para pelaut terlatih bakal mendeteksi keberadaan kapal atau perahu yang datang dengan maksud tidak baik..

Sapuan ombak pantai Pariaman sudah beberapa kali membuat rusak., bahkan menenggelamkan kapal yang hendak merapat..

Jenis perahu yang digunakan di laut Pariaman berbeda dibandingkan Selat Malaka., Laut Jawa., sampai Laut banda.. Hanya lunas yang terbuat dari Kayu hitam asal Kepulauan Mentawai yang sekuat besi yang bisa tahan hadapi hempasan ombak..

Kenapa butuh waktu sebulan bagi Jonker – Palakka untuk tiba di gerbang Kota Pariaman..?

VOC membangun garnizun di Pulau Cingkuak., Pesisir Selatan.. Perjalanan menelusuri pinggiran pantai ke arah Kota Padang menempuh jalan yang sulit., berbatu., berbukit., berhutan tropis..

Tak banyak kesulitan bagi pasukan Jonker – Palakka berhadapan dengan hadangan pasukan tak terlatih yang menghuni pos-pos sepanjang pesisir..

Bahkan Kota Padang tak mencatatkan perlawanan yang sengit.. Padang masa itu hanya lokasi pasar dan halaman belakang bagi warga Kota Pariaman yang tak terlatih berhadapan dengan saudagar-saudagar berbagai suku bangsa..

Sejumlah buku yang saya baca., terlihat sangat tak akurat soal ini..

Mana yang Padang., mana pula Pariaman., kurang jelas.. Saya tak mau menyebut penulis buku-buku itu.. Bisa saja mereka tak melacak peta zaman digital ini.. Apalagi hingga mencari sumber-sumber primer dalam buku harian perwira militer VOC..

Sebelum sampai di Ulak’an., tempat Palakka diberi gelar kehormatan., terdapat sejumlah sungai besar.. Sambutan Siriah di Carano yang diberikan kepada Palakka dan Sangaji di Ulak’an tak terlepas dari posisi Ulak’an sebagai ‘Makkah al-Mukarramah-nya umat Islam Minangkabau.. Padang Panjang adalah ‘Madinah al-Munnawarah-nya.. Ulak’an dihuni oleh klan suku Bodi – Chaniago., Datuak Parpatiah Nan Sabatang..

Tesis Ajo Suryadi di Universitas Leiden yang berbahasa Indonesia berjudul “Syair Sunur: Teks dan Konteks Otobiografi Seorang Ulama Minangkabau Abad ke-19” kental menunjukkan itu.. Manuskrip berbahasa Arab itu ditulis Syech Daud., ulama yang berpondok di Ulak’an..

Jonker adalah pangeran asal Pulau Seram yang taat beribadah.. Kawasan Kepulauan Maluku dihuni sejumlah kesultanan besar yang mampu menundukkan bangsa-bangsa Eropa.. Seganas apapun teknis peperangan yang dilakukan pasukan Jonker., tak bakal menumpahkan darah di area yang dipenuhi peziarah..

Ulak’an bukan saja pintu masuk Islam ke pedalaman Minangkabau., tetapi juga mengirimkan Syekh., Tuanku., dan Pakiah ke pulau-pulau di Timur Nusantara., guna mengajarkan Teologi anti kekerasan dalam Islam..

30 Agustus 1666..

6 satuan militer setingkat kompi tiba di Pulau Cingkuak.. 3 kompi terdiri dari pasukan sewaan berkebangsaan Eropa yang bersenjatakan senapan.. 1 kompi campuran dari suku-suku taklukan dengan beragam keahlian.. 1 kompi pimpinan Kapitan Jonker bersenjatakan parang., perisai dan tombak guna pertempuran jarak dekat.. 1 kompi pimpinan Arung Palakka yang terbiasa dalam perang parit..

30 Agustus 1666 Masehi bertepatan dengan 29 Safar 1077 Hijriyah.. Tertahan di Ulak’an yang masih dalam suasana basapa., butuh waktu 4 hari bagi Jonker dan Palakka guna menundukkan bunker atau parit yang berada di Pauh.. Sejumlah penulis ‘tersesat’ menyebut Pauh itu berada di Kota Padang.. Bukan., Pauh berada di muara Batang Pariaman., arah utara dari pusat kota menuju muara Batang Mangguang.. Daerah penuh rawa., parit., dan bunker..

Pasukan Jonker – Palakka sama sekali tak menyeberangi Batang Manggoi yang berada di selatan., bersebelahan dengan Ulak’an.. Strategi menghindari Batang Manggoi yang lebih deras., lebar., dan penuh jebakan itu., sekaligus menghindari ‘kasak-kusuk’ betapa Ulak’an ‘membantu’ Jonker – Palakka..

Jonker dan Palakka sama sekali tak merusak area publik., seperti pasar., rumah., bangunan., apalagi sarana peribadatan.. Mereka pun tak menyasar warga non kombatan.. Yang dicari., loji atau benteng pertahanan pasukan militer yang mempertahankan Bandar Pariaman..

Pusat Kota Pariaman berada di area pasar sekarang., kapal-kapal yang masuk ke muara Batang Pariaman., bisa berlayar hingga ke hulu., sampai ke Simpang Galombang.. Sebagian Batang Pariaman merupakan terusan buatan., seperti Selat Suez.. Pariaman sempat disebut sebagai Venesia Van Sumatera., sebagaimana Bukittinggi dikenal sebagai Paris Van Sumatera..

Di area pusat kota sebagai lingkaran pertama terdapat pedagang-pedagang dari India (Keling)., China., Perak (Malaka)., Portugis., Inggris., Spanyol., Arab., dan warga dunia atas angin.. Kawasan yang dikenal sebagai Pasa itu dihuni pedagang-pedagang mancanegara..

Dalam lingkaran kedua., bertempat tinggal pedagang-pedagang dari Jawa., Nias., dan kaum Boemi Poetera lain..

Baru dalam lingkaran ketiga., berisi orang-orang dari pedalaman Minangkabau yang berjualan sayur-mayur., termasuk jauh di Kota Padang., berada orang Pariaman.. Kurai Taji., sebagai contoh adalah area pedalaman.. Bukit yang berada di area itu dijadikan sebagai tempat pemakaman bagi orang-orang China..

Pauh menjadi pangkalan militer., amunisi., sekaligus bunker dari tentara-tentara yang berinduk kepada masing-masing saudagar di lingkaran pertama.. Persenjataan mereka moderen., sebagian besar dibeli dari Turki Utsmani..

Ombak pantai barat Sumatera dikenal ganas., semakin mendekati pantai kian keras bergelombang menghempas.. Pauh sendiri dilindungi oleh alam..

Terlatih dalam sejumlah pertempuran antar pulau., benteng., bunker., hingga perkelahian di kawasan Marunda., tentu membuat jeli mata Jonker – Palakka.. Strategi perang efektif diberlakukan., berbeda dengan tahap demi tahap yang dilakukan oleh pasukan VOC yang dikalahkan dalam pertempuran empat bulan sebelum itu..

Serangan lewat laut menjadi satu-satunya pilihan., tentu saja angkatan laut 6 kompi pasukan itu dimiliki oleh anak buah Jonker.. Namun., keberadaan sejumlah bunker dan parit yang mengelilingi loji pasukan Bandar Pariaman menjadi tugas pasukan Palakka..

4 kompi pasukan VOC..?

Bergerak sebagai Kavaleri dan Infanteri yang menyerang dari arah Kurai Taji dan Jati.. Seluruh senjata modern tertuju kepada pasukan VOC ini.. Area laut dianggap punggung yang aman., tak terlindungi..

Hampir satu bulan waktu yang diperlukan Jonker dan Palakka guna menyiapkan serbuan tak terduga dari arah pulau Angso Duo dan Pulau Tangah..

Buat apa..?

Pembuatan perahu.. Tentu perahu yang terlihat seperti batang kayu bulat panjang yang setiap saat dibawa arus Gunung Tandikat.. Perahu yang kini disebut sebagai payang itu., mampu mebelah ombak sekuat apapun.. Tak banyak tubuh yang bisa tiarap., maksimal lima orang..

Dari muara Batang Manggoi., satu demi satu perahu berbentuk kayu bulat itu dikayuk menuju pulau-pulau kecil di lepas pantai Pariaman.. Dalam hitungan dan jarak yang terjaga., dua ratus orang menyeberangi ombak menuju pulau..

Tembakan meriam dari pasukan Infanteri dan Kavaleri VOC membuat gemuruh seisi kota.. Perang sudah dimulai., tetapi berjauhan jarak dengan bunker pasukan pertahan Bandar Pariaman..

Hujan bulan September membantu pergerakan pasukan di laut.. Air laut berubah menjadi kuning., bersembunyi dalam rimbunan bakau., pohon sagu., dan tumbuhan rawa lain., pasukan bersenjata parang., tombak., keris., dan kelewang itu bergerak merayap dan merunduk ke belakang bunker pasukan Bandar Pariaman..

Ketangguhan parit dan bunker Pauh yang dibangun oleh pasukan asal Persia., retak dan runtuh di tangan pasukan Bone.. Enam tahun sebelum itu., 1660.. Arung Palakka sebagai bangsawan Bone., diperintahkan pasukan Gowa mengawasi penggalian parit di sepanjang garis pertahanan Gowa yang dilakukan pekerja asal Bone.. Perlakuan tidak manusiawi terhadap pekerja asal Bone itu yang menyesakkan hati Palakka..

Tak terima., Arung Palakka ikut melarikan diri bersama 400 orang ke Batavia.. Biar tetap terlatih., Palakka melarang orang-orang yang bermoto Sirri Na Pacce itu mencari pekerjaan di kawasan Oud Batavia.. Mereka tinggal di sepanjang Sungai Ciliwung yang dikenal sebagai Kali Angke.. Pekerjaan utama tetap bertani dan nelayan.. Seperempat pasukan Bone itulah yang dibawa Palakka ke Pariaman..

Parit dan bunker yang mengelilingi Pauh tak sekuat pertahanan Gowa.. Tanah berpasir., berawa., sedikit sekali yang keras., sejumlah penyangga dibutuhkan.. Kejelian dan keahlian pasukan asal Bone., justru terbentuk akibat pengalaman penindasan dari Gowa..

Dalam waktu empat hari empat malam., Pauh dikepung.. Ketika pasukan dari dalam parit dan bunker keluar., giliran pasukan Jonker merangsek., Peluru-peluru berhamburan.. Pasukan Jonker bertumbangan., namun sedetik kemudian., mereka bangkit lagi memburu pasukan bersenjata moderen itu..

Tentu peluru dari senjata moderen abad 17 berbeda dengan era sekarang., tak langsung mematikan..

Darimana asal muasal sakit yang tak terasa dari tubuh tertembus peluru., darah bersimbah., dalam diri pasukan Jonker..?

30 September 1666..

Jonker disambut warga dengan teriakan membahana., dianggap sebagai Raja dari Tanah Ambon., kaum niniak-mamak., cerdik-pandai., alim-ulama., dan bundo-kanduang., sepakat memberi gelar untuk Jonker..

Palakka sendiri sudah mendapat gelar Raja Ulak’an.. Kapitan Jonker disematkan tepung si tawar dan si dingin Tuanku Pariaman..

Sebutan Tuanku di Pariaman berbeda dengan daerah lain., Tuanku bukan Tengku.. Tetapi seorang yang memiliki kealiman dari sisi agama Islam.. Tuanku., sebanding dengan sebutan Kyai di Jawa.. Sederajat di atas Tuanku., terdapat sebutan Syech.. Di bawah Tuanku., berada barisan Pakiah alias santri terlatih..

Pono alias Burhanuddin tersenyum di balik kerumunan massa.. Dalam usia 20 tahun., Pono belum menjadi seorang Tuanku di Ulak’an.. Jonker jelas selangkah di depan., seranting di atas., dibanding Pono.. Namun tiga sosok itu., Pono., Jonker alias Ahmad Sangadji dan Arung Palakka., telah menanamkan panji yang kuat di tanah Sumatera: VOC boleh saja berkuasa., tetapi mata rantai perdagangan berada di bawah kendali saudagar-saudagar Muslim.. Tentu., tanpa permusuhan dengan yang lain., baik Nias., Batak., China., India Keling., Arab,l., apalagi saudagar yang berasal dari Bumi Nusantara..

Dan sejarah Sumatera mencatat., VOC atau Hindia Belanda selalu gagal dengan politik adu domba di tanah Sumatera..

Pono yang sepanjang hidup berhadapan dengan VOC., diam-diam menjadikan Jonker dan Palakka dalam meracik strategi peperangan.. Pono., setelah mencapai gelar Tuanku., naik lagi setingkat menjadi Syech., lalu ke tangga teratas: Murshid..

Tiga sosok berjarak usia duapuluhan tahun ini: Jonker-Palakka-Burhanuddin., jadi pucuk inspirasi Peto Syarif alias Muhammad Syahab alias Tuanku Imam Bonjol yang berhadapan dengan Belanda selama 16 tahun (1821-1837).. Benteng di bawah tanah bernama Bukit Tajadi., dikepung Belanda selama bukan empat hari., tetapi tiga setengah tahun..

Strategi perang bakubu-kubu menjadi inti pertahanan alam Minangkabau.. Pecah belah pasukan adat dan pasukan paderi., berdamai di Bukit Marapalam dengan membentuk Undang-Undang Nan Duabelas sebagai Kontitusi “Ala Madinah” Pertama di dunia muslim non Arab.. Sentot Alibasyah dikembalikan ke Tanah Jawa., dicurigai memberikan amunisi kepada pasukan paderi..

Teuku Umar berkali-kali mengkhianati Belanda di Aceh., Simbolon versus Nasution tak banyak menumpahkan darah dalam Pemerintahan Revolusioner Rakyat Indonesia yng bersekutu dengan Pertahanan Rakyat Semesta di Sulawesi di abad ke 20..

Hampir satu jam., saya masih mengutak-atik judul yang tepat untuk artikel ini.. Sambil persiapan makan sahur., saya susun kronologis peristiwa sambil membaca literatur-literatur dari berbagai sumber..

Dan cukup., saya berhenti sampai di sini., jelang pukul 03:55 WITA., Kamis dini hari 31 Agustus 2023..

By rajomangkuto

Anak Rantau yang mencintai Seni dan Pengembaraan.. Blog ini adalah berisikan Catatan Pengembaraan., Quotes dan Literatur., serta Studi Ilmu yang menarik..